Senin, 12 April 2010

Ayah; Berapa Tarif Ayah 1 jam?


Seperti biasa Rudi, Kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba dirumahnya pada pukul 9 malam. Tak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

Koq belum tidur?” sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntutui sang ayah menuju ruang keluarga. Imron menjawab, ”Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”

”Lho, tumben, koq nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”

”Ah enggak. Pengen tahu aja.”

”Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,00 dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?”

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan terlevisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

”Kalo satu hari ayah dibayar Rp 400.000,00 untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,00 dong,” katanya.

”Wah pinter kamu. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya,”Ayah, aku boleh pinjem uang Rp 5.000,00 nggak?”

”Sudah, anggak usaha macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam bergini? Dan mau mandi dulu. ”Tidurlah”

”Tapi Ayah...”

Kesabaran Rudi habis. ”Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itupun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamarnya. Anak kesayangannya belum juga tidur. Yang terlihat justru Imron sedang terisak menahan tangis, airmatanya deras mengalir hingga membasahi sebagian wajahnya. Di tangannya terlihat sedang menggenggam uang Rp 10.000an dan selembar Rp 5000-an.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata,”Maafkan Ayah, Nak.Ayah sayang sama kamu. Buat apa sich minta uangmalam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp 5.000,00 lebih dari itu pun ayah kasih.”

”Ayah, aku anggak mnta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini. ”

”Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Rudi lembut.

”Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,00 Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah diayar Rp 40.000,00 maka setengah jam aku bayar Rp 20.000,00. Duit tabunganku kurang Rp 15.000,00 Maka aku mau pinjam dari ayah,” kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

Umumnya anak-anak yang orang tuanya berkarir saat ini memang merindukan saat-saat bercengkramadengan orang tuanya. Saat dimana mereka tidak merasa ”disingkirkan” dan diserahkan kepada pembantu, suster, atau supir pribadi. Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin merasakan sentuahan kasih sayanga Ayah dan Ibunya. Apakah hal ini berlebihan? (life gazette:sept-okt 2008)