Selasa, 31 Maret 2009

Class Action Korban Situ Gintung

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Teman, pagi ini kita dikejutkan dengan musibah jebolnya tanggul situ gintung di Cirende Ciputat Tangerang Selatan Banten. Hujan deras sejak Kamis sore lalu membuat isi situ luber. Air dengan kapasitas lebih 2 juta kubik yang tak tertampung di dalam situ berhasil menjebol tanggul hingga 25 meter persegi.

Tak bisa dibayangkan bagaimana, laju air tersebut menghajar pemukiman penduduk yang hanya berada 12 meter di pinggir tanggul dan berada di bawar tanggul tersebut. Dalam waktu singkat air tersebut telah menghancurkan dan menyeret rumah-rumah yang berada dibawahnya. Dan yang sangat mengharukan adalah kisah di pagi buta setelah azan subuh tersebut juga ikut menghanyutkan ratusan penghuni rumah yang kebanyakan masih terlelap dalam tidurnya. Korban jiwa sampai tulisan ini dibuat berdarkan catatan tv one sekitar 54 orang. Ratusan orang lainnya masih dalam proses pencarian.

Kerugian material belum bisa dihitung, tapi dari salah seorang korban saja sudah ada yang menghitung kerugian materil sekitar Rp 800juta sampai Rp 1 Milyar. Melihat banyak rumah dan tempat usaha yang hancur bisa jadi kerugian mencapai ratusan milyar. Hal ini seperti disampaikan Maimun seorang pengusaha mebel yang kehilangan seluruh bengkel produksinya tanpa ada sisa satu pun barang maupun properti lainnya. Semua harta bendanya di bengkel tersebut hanyut terbawa arus. Bahkan, 2 orang pekerjanya ikut hanyut dan tewas.

Teman, musibah ini cukup mengangkat simpati publik. Tak kurang wakil presiden dan presiden bergantian untuk segera mengunjungi lokasi kejadian. Bahkan, presiden sendiri hari ini telah mengorbankan waktu cutinya untuk berkampanye di Serang. Ia lebih memilih untuk memberikan rasa simpati kepada korban bencana dengan mengunjunginya langsung ke lokasi.

Terlepas dari hal tersebut di atas, ada satu sisi yang saya coba angkat di sini. Dalam sebuah pemberitaan tadi pagi di TV One diungkapkan bahwa kerusakan pada tanggul Situ Gintung sudah terjadi atau berlangsung selama 2 tahun. Warga jug telah meminta pihak terkait untuk melakukan perbaikan. Tapi, hingga musibah terjadi hal ini belum juga kesampaian alias diperbaiki.

Menurut Saya ini hal serius yang harus mendapat perhatian semua pihak. Jika benar ungkapan warga lokasi sekitar seperti di kutip TV One. Kita patut meminta pertanggungjawaban publik kepada pajabat terkait. Mengingat dampak musibah ini telah mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit dan juga korban jiwa yang cukup besar, maka laporan warga seperti diberitakan TV One patut ditindaklanjuti.

Tanpa bermaksud untuk memperkeruh situasi atau menambah beban psikologis para korban serta menggangu kinerja tim yang terlibat dalam evakuasi korban. Menurut saya perlu untuk membentuk tim independen untuk melakukan investigasi lebih jauh laporan warga tentang kerusakan yang telah terjadi sejak dua tahun silam.

Sejauh mana kerusakan tersebut terjadi, apakah memang kerusakan tersebut berpotensi untuk menimbulkan bencana seperti yang terjadi saat ini? Jika memang hal ini terjadi kita perlu juga mengetahui kenapa kerusakan yang terjadi dibiarkan sampai 2 tahun tanpa perbaikan? Jika memang ada kelalaian dari pihak-pihak terkait, misalnya dengan sengaja tidak melakukan perbaikan hal ini harusnya bisa kita mintai pertanggungjawabannya. Jadi jika ini terjadi seharusnya para korban bisa melakukan class action.

Terakhir, saya berdoa semoga para korban mendapatkan ampunan dari Allah dan di terima di sisi Allah swt. Dan para keluarga korban diberikan ketabahan untuk menghadapi ujian ini.(Petukangan, 27/03/9)

Tidak ada komentar: