Senin, 23 Maret 2009

Tragedi Pendidikan di Tengah Janji Manis Politisi

Obral janji, klaim keberhasilan marak di mimbar kampanye. Tapi, ada hal yang sangat mengharukan terjadi pada pekan lalu. Murid sekolah dasar di SD Negeri Sukamulyo Kabupaten Malang berubutan bangku sekolah. Saling tarik dan diiringi raungan tangis bocah-bocah lugu pewaris masa depan bangsa ini. Ironis!!!

Sungguh ironis sekali, di tengah klaim keberhasilan pemerintah, ternyata masih ada SD Negeri yang tidak mampu melunai hutang pengadaan bangku dan meja sekolah. Dan ini adalah fenomena gunung es. Hanya yang terlihat oleh media masa, saya yakin bahwa yang tak terliput oleh media massa lebih banyak lagi. Di mana letak keberhasilan yang diklaim pemerintah.

Janji manis yang kini marak di mimbar kampanye pun sesungguh janji-janji lama yang sampai hari ini belum juga terwujudkan. Mulai dari pendidikan gratis yang nyatanya masih penuh dengan pungli sebagai kompensasi atas biaya yang dulu pernah dibayarkan orang tua murid ke sekolah. Kini marak dijanjikan kembali. Masih ingat pemilu 5 tahun lalu, ketika parpol menjanjikan perbaikan di dunia pendidikan tapi kenyataannya masih banyak sekolah yang hampir ambruk pun sampai kini masih berdiri terseok. Tak ada Anggota Dewan yang mau mengadvokasi dengan serius hal ini.

Kini pemilu akan segera menghampiri kita. Masa kampanye sudah tiba, musim janji pun telah marak. Seperti pedagang obat para politisi kini sedang asyik menjual pepesan kosong kepada kita. Maukah kita membeli pepesan kosong itu. Tentu tidak. Kita mau pepesan ikan, atau pepesan tahu yang jelas isi dan rasanya.

Sekali lagi, teman. Kita harus mengingatkan para politis untuk tidak mengumbar janji surga yang belum tentu mereka mampu memperjuangkannya. Kita lebih perlu hal yang kecil-kecil tapi itu bisa realistis dilaksanakan. Kita perlu komitmen yang jelas ketimbang janji. Komitmen untuk tidak korupsi, komitmen untuk bekerja profesional, komitmen untuk sungguh memperhatikan aspirasi pemilih. Ingat kita bukan objek demokrasi tapi kita subjek demokrasi, kita pemegang saham terbesar untuk majunya demokrasi kita, Jangan sampai tragedi memilukan dan memalukan terjadi lagi de tengah kita. (Pondok Parigi Indah, 23/03/09).

Tidak ada komentar: