Selasa, 31 Maret 2009

The Power of Forgiveness

“ … dan hendaknya mereka (mau) mengampuni dan memaafkan (di antara sesama mereka yang bersalah). Tidak sukakah kamu bahwasanya Allah akan menghapuskan dosa bagimu (dengan kamu mau mengampuni dan memaafkan sesama saudaramu), sementara Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang?” (Annur :22).

Dalam hidup ini tak ada satupun orang yang tak pernah membuat kesalahan. Bahkan, kesalahan pun pernah dilakukan oleh seorang nabi yang maksum (terlindungi dari perbuatan dosa). Masih ingatkah Anda dengan peristiwa yang diabadikan Allah dalam ayat-ayat awal surat Abbasya. Dikisahkan dalam ayat tersebut bagaimana Alah menegur nabi yang tanpa kesengajaanya sedikit mengabaikan seorang buta bernama Abdullah bin ummi maktum yang dalam pandangan Allah lebih mulia karena memiliki ketulusan untuk belajar agama kepada nabi. Tapi, sifat kemanusiaan nabi saat itu, ternyata lebih memberikan perhatian yang powerfull kepada seorang pembesar quraisyi. Padahal menurut Allah pembesar quraisy tersebut bukanlah orang yang serius belajar agama kepada nabi. Terhadap peristiwa ini, Allah menegur nabi Muhammad saw untuk tidak memandang remeh orang-orang yang di hadapan manusia tampak dipandang remeh seperti ummi maktum yang buta ini. Nabi pun menyadari kesalahannya dan saat itu pula beliau bertaubat dan memohon ampunan dan maaf dari Allah swt.

Masih ingatkah Anda dengan peristiwa perjalanan nabi Muhammad ke Thaif. Ketika itu nabi mendapatkan penentangan yang amat luar biasa dari penduduk Thaif. Nabi dilempari oleh batu hingga darah keluar dari anggota tubuh nabi. Malaikat Jibril yang menyaksikan hal tersebut marah luar biasa sehingga ia meminta kepada nabi untuk memberikan pertolongan kepadanya dengan meminta izin kepada nabi untuk melemparkan gunung uhud kepada mereka. Tadi tak mengiyakan apa yang diminta Malaikat Jibril. Tapi nabi hanya berkata singkat, ”sesungguhnya mereka tidak mengetahui apa yang ia perbuat”. Nabi pun memaafkan penduduk Thaif tersebut.

Dari 2 kisah di atas kita bisa memahami bahwa sesungguhnya dalam hidup ini, kita pernah berbuat salah, dimana hal tersebut sangat mungkin akan menyakiti, menyinggung, melukai perasaan orang lain dan kita pun pernah menjadi korban dari kesalahan orang lain. Allah dan nabi Muhammad telah memberikan contoh yang menjadi terbaik untuk kita menjalani hidup ini. Allah mengampuni nabi Muhammad, sedangkan nabi Muhammad memberikan maaf atas kesalahan penduduk Thaif kepadanya. Inilah sikap yang amat luar biasa, yang selanjutnya menjadi kisah-kisah terindah dalam perjalanan hidup nabi. Dengan sikap inilah selanjutnya nabi menjadi pemimpin besar dan orang paling berpengaruh di dunia ini.

Meminta maaf dan memaafkan dalam hidup ini sejatinya harus menjadi sikap yang harus dimiliki semua orang karena tak ada satu pun manusia yang selalu benar dalam melangsungkan kehidupannya. Manusia bukanlah makhluk sempurna yang tak pernah luput dari kesalahan,kekhilafan dan kekurangan. Bukankah nabi pernah bersabda: ”setiap anak Adam adalah pelaku kesalahan dan sebaik-baiknya pelaku kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.(HR. At-Tarmidzi, Ibn Majah dan Al Hakim).

Umar Fayumi, dalam sebuah artikelnya yang di tulis di majalah Noor. Mengingatkan kita betapa memaafkan memiliki manfaat yang amat luar biasa bagi perkembangan kejiwaan kita. Dengan memaafkan, lanjut Umar kita akan merasa enjoy dan lebih bisa dalam menikmati hidup degan perasaan riang dan senyum mengembang di bibir. Hari-hari yang selalu dipenuhi dengan kelapangan hati, keterbukaan diri, kesadaran, ketengangan diri dan kesadaran untuk selalu berbuat yang terbaik untuk orang lain akan memberikan stimulus positif yang mampu melahirkan energi untuk berprestasi.

Mengembangkan sikap memaafkan kesalahan orang lain memberikan kesempatan kepada kita untuk menutupi segala lembar kisah masa lalu yang kelam dan negatif dan membuat kita selalu mengawali hari baru degan lembaran baru yang putih bersih dan siap ditoreskan dengan prestasi emas. Kesempatan ini akan memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih berorintasi ke depan dengan melihat masa lalu sebagai alat belajar untuk menyelesaikan permasalahan yang kelak muncul di depan.

Allah berfirman: ”Ambillah sikaf memaafkan dan perintahkan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (QS. Al A’raf:199). Dari peritah Allah tersebut sesungguhnya memaafkan adalah sebuah sikap yang menunjukkan kesalehan pribadi kita yang membuktikan bahwa diri kita adalah orang yang memiliki kebesaran hati menerima orang lain sesuai dengan proporsinya. Manusia adalah makhluk yang tak pernah lepas dari kesalahan dan khilaf yang saat itu orang lain berbuat salah kepada kita dan mungkin saja di hari-hari selanjutnya kita yang melakukan kesalahan kepada orang lain. Tak kalah pentingnya, saat kita memaafkan berarti kita sedang mengalihkan fokus perhatian kita dari kejadian negatif yang menimpa diri seseorang kepada fokus lain yang lebih positif. Hal ini tentunya akan memberikan pengaruh yang positif juga terhadap tindakan-tindakan kita. Ayo mudahkan diri kita memaafkan (Universitas Mercu Buana, 8 Maret 2009).

Tidak ada komentar: